Konspirasi Birokrasi dengan Narasi Demokrasi

by -

Kata-kata konspirasi selalu menarik minat banyak orang. Mendengar kata konspirasi, yang terlintas pasti adalah teori-teori konspirasi yang dihubungkan dengan berbagai peristiwa besar. Menurut Oxford Dictionaries, konspirasi adalah sebuah rencana rahasia oleh sekelompok orang untuk melakukan sesuatu yang berbahaya atau illegal.

Salah satu contoh teori konspirasi mengenai keberadaan bulan yang tidak nyata, teori ini sendiri dikemukakan oleh David Icke yang mengatakan bahwa bulan tidak nyata, seketika beliau mempercayai hal itu lewat tulisan dari salah satu tokoh di amerika yang menyatakan bahwa ukuran bulan itu dinilai cukup aneh. Lebih lagi David Icke juga memiliki teori konspirasi yang ekstrem berupa sebuah sistem kontrol yang mampu memanipulasi perasaan masyarakat terhadap suatu realitas. Icke mengungkapkan bahwa manipulasi perasaan tersebut menyebabkan manusia dapat menjadi ras budak. Icke juga menyampaikan bahwa semua hal yang ada di dunia ini adalah sebuah kebohongan yang dibangun sedemikian rupa agar manusia dapat percaya. Seketika hal ini dapat mengakibatkan dampak yang sangat negatif bahwa ketika dampak yang sangat ekstrim ini terjadi maka akan membuat dan membawa kepada kehancuran massal ditingkat sosial

Sama halnya pula dalam konteks konspirasi sosial politik merupakan hal yang tidak boleh terjadi,  karena deretan kasusnya terjadi di sebabkan oleh kerja-kerja persengkokolan dan disusun secara rahasia guna mencapai tujuan yang diinginkan, terkadang sebagian pihak pun bahkan tidak mempercayai teori ini guna menhindari tudingan-tudingan serta tuduhan tertentu. sehingga mereka merasakan bahwa suatu peristiwa yang terjadi adalah wajar, dapat dipahami tanpa adanya rekayasa tertentu dari pihak yang berkepengtingan untuk itu.

Baca juga:  Untuk Teman-Teman Ku Yang Disana

Namun, ada beberapa kalangan yang giat mempraktikan teori ini dalam dunia politik kekuasaan, utamanya sudah terbiasa dengan implementasi dari teori-teori konspirasi tersebut. Apalagi bagi kelompok yang memiliki ambisi tendensius keinginan untuk mengendalikan peristiwa terhadap kelompok lainnya bukanlah sesuatu yang mustahil. Kita kerap memperoleh kabar terkuaknya konspirasi tertentu dalam upaya memperoleh akses informasi terhadap musuh yang mencoba untuk menghambat jalannya.

Bicara mengenai konsipirasi politik dikalangan mahasiswa tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Dikarenakan bahwasannya beberapa oknum biasanya mencoba untuk menunggangi dan mencederai lebel dari seorang mahasiswa, padahal pada dasarnya seperti yang kita ketahui bersama bahwa kampus merupakan miniatur negara tempat dimana mahasiswa sejatinya berproses serta belajar dan mengimplementasikan bentuk-bentuk pikirannya, lebih dari pada itu politik dalam dunia kemahasiswaan merupakan ajang untuk adu ide serta gagasan.

Dalam dunia kemahasiswaan, eksistensi serta kapasitas dalam menjalankan organisasi yang harus dikedepankan karena hal ini tidak bisa terpisahkan. Pada realisasinya, organisasi berperan aktif dalam pengembangan diri serta perluasan integritas mahasiswa. Diawali paruh pertama yang menandai kepengurusan masing-masing lembaga seketika roda organisasi semestinya harus dijalankan, karena pada dasarnya regenerasi yang melanjutkan selalu berusaha dan berjuang kearah yang lebih baik guna mewujudkan pemerintahan mahasiswa yang ideal.

Baca juga:  Karena Daring, Nilai Asal Kasih

Namun, pada kenyataannya berbanding terbalik kerap kali terjadi praktik dilapangan ketika mahasiswa mencoba untuk menuangkan pikirannya didalam dunia organisasi bahwa seketika adanya campur tangan dari kelompok yang tidak bertanggung jawab, hal ini bisa menjadi ambisi tendesius untuk mengendalikan kelompok lain. Padahal sudah menjadi kewajiban mahasiswa untuk berdikari dan terlepas dari pengaruh manapun sekalipun itu intervensi dari pihak kampus.

Tepat di tahun 2022 telah saatnya memasuki paruh pertama kepengurusan ormawa ditingkatan institut baik DEMA-I dan SEMA-I serta UKK maupun UKM namun, hingga hari ini tidak dilaksanakannya pelantikan oleh pihak rektorat, hal ini membuat beberapa ormawa mempertanyakan statusnya?, lebih dari pada itu apa yang menjadi landasan bagi pihak rektorat seketika sampai hari ini tidak dilaksanakanya pelantikan tersebut. Belum lagi seperti yang kita ketahui bersama bahwa kondisi kampus hari ini dihadapkan dengan kontestasi pemilihan rektor apakah ini yang menjadi alasan paling utama seketika sampai hari ini pelantikan tidak dilaksanakan dan kemudian berbicara mengenai dampak bahwa seluruh elemen ruang lingkup organisasi mahasiswa sangat merasakan hal demikian dan terlebih paruh pertama hampir usai. Pada dasarnya secara legalitas serah terima jabatanlah yang harus didahulukan sebelum kepengurusan selanjutnya berjalan.

Baca juga:  Formasi KIP-K IAIN SAS Bangka Belitung Gencarkan Pengabdian Masyarakat melalui Program Formasi Berbagi

Penyalahgunaan kekuasaan seketika kerap kali terjadi dan terkesan menghalalkan segala cara, seperti represi dan menolak untuk menerima siapapun yang bertentangan dengan kelompok tersebut. pihak rektorat terkesan menghambat jalannya kepengurusan organisasi mahasiswa, laporan serta legitimisi yang menjadi permasalahan. Dalam hal ini mengakibat dampak yang signifikan terhadap kepengurusan ormawa lainnya, kemudian inilah yang menimbul pertanyaan apakah ini termasuk kedalam bagian konspirasi dari pemangku kekuasaan yang semata-mata mementingkan kekuasaan sendiri yang menjalankan perannya secara rahasia dan mencoba merangsek untuk mengintervensi mahasiswa,

Jikalaupun berkaca serta mengaitkan kondisi yang terjadi hari ini dengan dampak dari teori konspirasi hal-hal negatif bisa saja akan terjadi, karena pada dasarnya sesuatu hal yang dilakukan dengan cara yang tidak baik maka seketika hasilnya pun akan tidak baik pula, maka besar harapan pihak pihak terkait mampu melaksanakan apa yang menjadi polemik saat ini.

Penulis: Okta Renaldi