Ada Apa Dengan Dema I?

by -

 

Civitas akademika dan publik mahasiswa di lingkungan IAIN SAS Babel dikejutkan dengan mundurnya tiga menteri yang selama ini membantu kinerja Dema Institut. Setelah sebelumnya pada Oktober lalu Agung Fikriansyah selaku wakil ketua Dema Institut dicopot dari jabatannya.

Ketiga menteri yang mengundurkan diri seyogyanya menjadi posisi kunci dalam perjuangan dan arah gerak mahasiswa dewasa ini di Indonesia.

Mereka adalah Menteri Pemberdayaan Perempuanan, menteri Kasrat (kajian isu dan strategi), dan menteri advokesma (Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa).

Ketiganya telah lama berniat mengundurkan diri, niat tersebut didasarkan pada arah gerak Dema yang tidak lagi berorientasi pada demokrasi.

“Sudah jauh-jauh hari mau keluar. Namun, masih mempertimbangkan perubahan dari sistemnya siapa tau ada perubahan” Tutur salah satu menteri

Baca juga:  Kepengurusan Formasi KIP-K 2022 Banjir Penghargaan di Musda PDKN Bangka Belitung

Menurut salah satu menteri alasan ia keluar karena adanya konflik di internal Dema Institut yang tidak bisa ia jelaskan ke publik

“Adanya konflik internal yang ada di Dema juga menjadi alasan saya, namun tidak perlu juga saya jelaskan karena ini terkait Dapur Dema” Ujar salah satu menteri yang tidak ingin disebutkan namanya

Selain itu adanya kesan pemerintahan otoriter juga menjadi alasan kuat pengunduran diri ketiga menteri Dema Institut.

“Banyaknya teman-teman mengundurkan diri itu adanya kesan mereka tidak nyaman dengan otoriter yang terjadi di dalam tubuh Kabinet IAIN SAS BABEL 2021” Lanjutnya

Sudah seharusnya DEMA IAIN SAS BABEL harus lebih inklusif. bahwa masalah di satu elemen menjadi masalah bersama, Terlebih mempertanyakan arah gerak sudah menjadi hal wajar untuk menjaga independensi DEMA IAIN SAS BABEL.

Baca juga:  Yudisium ke IV Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Melisa Jadi Lulusan Terbaik

Mundurnya 3 menteri ini diperkuat dengan momentum Benchmarking Ormawa yang terdapat kejanggalan.

Kepada PersAssiddik.com mereka mengaku mengundurkan setelah ditemukan kejanggalan pada Benchmarking ormawa ke Lampung yang diselenggarakan Dema pada sehari setelah Pekan Kreatifitas Mahasiswa.

Mereka menagih Yudi, selaku ketua DEMA IAIN SAS BABEL agar transparan terhadap penunjukan peserta Benchmarking yang berangkat ke Lampung

“Ada enam orang yang tidak ada di SK Rektor, namun diikutsertakan padahal hanya 15 orang yang ada dalam SK,” Kata salah satu menteri

Selain itu, tidak adanya transparansi sumber dana bagi tambahan orang diluar SK juga menjadi pertanyaan. Oleh karena itu, sudah selayaknya para mahasiswa mengetahui bagaimana dan kemana dananya digunakan.

Baca juga:  Mahasiswa Cantik Ini Manfaatkan Momen Wisuda Untuk Mencari Cuan

Menanggapi hal ini, Yudi dalam pesan singkat WhatsApp mengatakan itu adalah hak prerogatifnya.

“Itu kan hak prerogatif kakak, kalau kakak ingin mengeluarkan mereka ya kakak keluarkan,” ujarnya

Selain itu, pernyataan kontroversial lantas keluar dari Sekretaris jenderal DEMA IAIN SAS BABEL. Ia berkomentar “Transparansi atau keterbukaan dirasa tidak perlu”.

Pernyataan tersebut semakin menambah tanda tanya dan kejanggalan setelah tidak adanya transparansi pengelolaan dana serta tidak adanya musyawarah mufakat kepada seluruh Pengurus DEMA IAIN SAS BABEL.

 

Ada apa dengan Dema I?