Pelangi Budaya ,Wisata dan Sejarah Simpang Rimba

by -

Bangka Selatan adalah sebuah kabupaten yang ber-ibukota kabupaten Toboali. Bangka Selatan terdiri dari 8 kecamatan, salah satunya kecamatan Simpang Rimba.

Awal mulanya Simpang Rimba hanyalah hutan belantara dan terdapat hewan-hewan liar didalamnya. Tapi disekitarnya sudah ada Perkampungan seperti Bangka Kota, Gudang, Permis, Nayu, Jelutung 2 dan Merapin( Desa yang terletak sebelum desa Jelutung 2).
Perkampungan-perkampung itu merupakan bentukan penjajahan belanda yang bertujuan belanda untuk mudah mendata penduduk yang di sekitar wilayah tersebut . Setelah itu dibentuklah Simpang Rimba atau Kecamatan Simpang Rimba.

Kecamatan Simpang Rimba sekarang ini terbagi menjadi 7 desa, yaitu Bangka kota, Simpang Rimba, Permis, Jelutung 2, Gudang, Rajik dan Sebagin.

Menurut masyarakat , kata Simpang Rimba berasal dari dua kata yaitu kata Simpang dari sebuah jalan persimpangan yaitu simpang tiga yang terdapat di depan polsek Simpang Rimba, yang merupakan persimpangan antara jalan ke permis, Toboali dan Pangkal Pinang. Sedangkan kata Rimba itu karena Simpang Rimba dulu adalah sebuah hutan Rimba ( hutan lebat dengan berbagai hewan rimba) dan belum banyak penduduk yang tinggal disitu. Maka dari itu sekarang menjadi Simpang Rimba, tetapi dengan seiring perkembangan zaman sekarang daerah ini sudah banyak penduduknya, tapi kebanyakan adalah imigran dari daerah lain seperti Jawa dan Sumatra.

Baca juga:  Mengapa Harus Transparansi ?

Walaupun dengan seiring perkembangan zaman masyarakat di Simpang Rimba masih tetap melestarikan budaya turun-temurun yang sudah ada pada zaman nenek moyang dulu. Beraneka tradisi ragam budaya di Simpang Rimba , yaitu :

1. Malem yaitu acara keliling kampung bersama-sama dengan membawa obor saat malam hari. Tidak hanya membawa obor tapi ada suara azan juga yang berkumandang di setiap sudut kampung.. Acara ini biasanya dilakukan masyarakat pada hari kedua bulan suci Ramadhan. Menurut orang dulu kegiatan ini dilakukan untuk mengusir roh atau arwah jahat.

2. Tradisi Nganggung dulang adalah budaya membawa makanan lengkap diatas dulang yang biasanya ditutup dengan tudung saji berwarna merah dan bermotif. Nah, didalamnya biasanya berisi nasi, lauk-pauk, buah-buahan dan juga aneka kue. Sedangkan dulang adalah talam atau nampan yang biasanya terbuat dari kuningan dan bentuknya bulat. Makan bedulang ini maksudnya mendekatkan batin satu sama lain sambil makan. Tradisi ini biasanya dilakukan pada upacara keagamaan seperti hari raya idul fitri dan idul adha dan kegiatan keagamaan lainnya. Biasanya tradisi ini dilaksanakan di Masjid atau balai desa. Tradisi ini merupakan wujud semangat gotong royong antarwarga dan mempererat tali silaturahmi sesama warga supaya tercipta kerukunan dan kedamaian.

Baca juga:  Aksi Bersih Bukit Merbaung Oleh Komunitas Pencinta Alam-Sosial Syaikh Abdurrahman Siddik (Kopassas) Bangka Belitung

3.Dambus Tari Belincak
Tari Selamat Datang merupakan tarian yang biasanya untuk menyambut tamu.

Walaupun Simpang Rimba adalah daerah yang terpencil tapi jika berbicara tentang pariwisata nya, tidak kalah menarik dengan daerah lainnya. Alam wisata Simpang Rimba , antara lain:

Pantai Batu Bedaun terletak di desa Permis, kecamatan Simpang Rimba. Disebut Batu Bedaun karena di pantai itu terdapat batu – batu yang ditumbuhi tanaman yang berupa dedaunan. Pantai ini memiliki keindahan alam tersendiri biasanya orang datang kesini untuk bersantai dan menikmati keindahan alam pantai.

Keindahan lainnya di Simpang Rimba ialah Bukit nenek di Desa Gudang, kecamatan Simpang Rimba. Menurut
Pantai Tanjung Berani, Bukit limau, tanjung kerasak yang terdapat di desa Sebagin, kecamatan Simpang Rimba.
Pantai , Pantai Pekapur, Bukit Sali, Air panas dan Pulau Pemain didesa Permis, kecamatan Simpang Rimba.

Selain itu, di Simpang Rimba pun banyak terdapat peninggalan sejarah, antara lain:

Keramat Karang Panjang di desa Bangka kota,
Keramat Karang Panjang adalah sebuah makam dari seorang ulama di negeri seberang yang menyebarkan agama islam di wilayah Bangka kota dan sekitarnya. Bentuk makamnya besar dan panjang kira-kira kurang lebih 5 meter, tidak seperti makam biasa karena itu makam lama yang berarti orang- orang nya pada masa itu adalah besar dan tinggi-tinggi bisa dikatakan seperti manusia zaman Nabi Adam a.s. Menurut cerita makam ini merupakan makam seorang pejuang pada masa penjajahan Jepang, konon menurut penduduk setempat jika bulan purnama tiba ukuran makam ini akan ikut membesar dan ketika bulan purnama hilang ukurannya akan kembali seperti semula. Menurut masyarakat Bangka Kota jika malam bulan purnama maka disekitar makam akan berubah manjadi lautan tapi makam itu sendiri tidak terkena air laut , tapi menurut beberapa orang kejadian seperti itu hanyalah sebuah mitos.

Baca juga:  HUT RI KE-76: Arti Kemerdekaan Masa Pandemi Covid-19

Selain itu terdapat peninggalan lainnya seeprti Makam Jatisari di Malik, Legenda Ci anta di desa gudang, Topi Ci anta di desa Permis, Rambut Batin Tikal di desa Gudang, Batu Engkang di desa Jelutung, Telok Belango atau baju berwarna ungu merupakan pakaian adat khas dari Simpang Rimba.

Sebagai generasi muda khususnya Bangka Selatan, sudah menjadi kewajibannya untuk ikut menjaga dan melestarikan budaya dan wisata yang sudah ada.

Penulis : Meliyana