PETTI PITRI_ MAHASISWI IAIN SAS BABEL
Semenjak merebaknya wabah (Coronavirus Desease-2019/Covid-19) melanda seluruh dunia termasuk Indonesia, pemerintah dalam hal ini KEMENDIKBUD merespon cepat dengan mengeluarkan kebijakan belajar dirumah salah satunya meniadakan UN:Ujian Nasional untuk tahun 2020 ini. Ditengah wabah pandemi Covid-19 memaksa seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan social distancing dan physical distancing yang merubah pembelajaran secara massif yakni sebelumnya pembelajaran dilakukan secara tatap muka lalu dituntut untuk dilakukannya pembelajaran secara daring (jarak jauh).
Kebijakan ini dinilai bertentangan dengan teori kerucut pengalaman Edgar Dale yang menuntut pelajar lebih aktif seperti, melakukan praktek setelah materi dibagikan, membuat video sebagai bukti keikutsertaannya.Sistem WFH (work from home) diawal-awal memang sangat menyenangkan karena kita tidak perlu repot-repot pergi ke sekolah ataupun kampus untuk kuliah, kita juga bisa membantu orangtua kita, mencoba hal-hal baru seperti mendownload aplikasi-aplikasi penunjang belajar online serta pembelajaran daring dinilai lebih tinggi tingkat keefektivitasannya dibanding pembelajaran secara umum/tatap muka secara langsung.
Seiring berjalannya waktu timbulah kebosanan karena harus mengikuti kebijakan PSBB (pembatasan skala besar-besaran) oleh pemerintah, tugas yang semakin banyak, belum terbiasanya kita menggunakan teknologi online, ditambah keterbatasan jaringan (mengingat banyaknya daerah/kampung yang sulit dijangkau jaringan). Bahkan ada yang mengatakan “IPK tergantung kuota dan jaringan serta solidaritas teman-teman”.
Disini peran sekolah/pihak kampus serta wali murid sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran ini, cara yang dapat dilakukan yakni dengan memberikan edukasi kepada wali murid dari pihak kampus atau sekolah sehingga para pelajar /mahasiswa/i tidak akan menemukan kesulitan ketika proses pembelajaran berlangsung karena kadang kurangnya pengetahuan dan kompetensi terkait pengelolaan pembelajaran.
Untuk mengoptimalisasi pembelajaran ini ada beberapa tips-tips untuk mengatasi kebosanan dari peserta didik seperti, manajemen waktu dengan baik dan pilihlah tempat yang senyaman mungkin sehingga terhindar dari gangguan-gangguan, jaga komunikasi dengan tenaga pengajar/Dosen dan teman-teman, membuat Grup Support System yakni seperti grup belajar bisa diaplikasi manapun seperti WAG, Zoom, Googleclassroom, Microsoft teams atau aplikasi apapun sehingga kita bisa sharing informasi kepada teman-teman yang belum mengerti, fokus dalam membaca atau mendengarkan materi, untuk tenaga pengajar disarankan memilih aplikasi yang waktunya fleksible untuk mengantisipasi keresahan peserta didik terhadap minimnya jaringan sehingga para Dosen dan tenaga pengajar dapat memantau pembelajaran sekaligus membuat situasi lebih kondusif serta memberikan penilaian secara objektif kepada mahasiswa/i dan pelajar.
Ada juga bebeberapa tips untuk memilih aplikasi yang aman saat proses pembelajaran daring seperti Zoom agar terhindar dari hack oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab seperti : download sesuai kebutuhan, download aplikasi terbaik di situs resminya, pilih aplikasi sesuai RAM gadget kita, jangan asal download aplikasi dan sebagainya, ada baiknya setelah mendownload setting akun tersebut, jangan sering menggunakan ID meeting pribadi, gunakan password untuk masuk ke setiap pertemuan atau meeting dan lain sebagainya.
Jadi kesimpulan yang didapatkan dari seberapa efektifkah sistem pembelajaran daring dan tatap muka adalah keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan di masing-masing pembelajaran, semuanya memiliki keterbatasan masing-masing baik dari segi manajemen waktu, biaya coast yang dikeluarkan serta ruang gerak untuk berkreativitas, sukses tidaknya pembelajaran daring ini juga tergantung dari pribadi masing-masing mahasiswa/i dan pelajar apakah dalam setiap pembelajaran daring ini benar-benar berpartisipasi atau tidak mengingat feedbacknya tidak langsung karna harus mengirim materi dulu saat persentasi mengingat jaringan juga sangat berpengaruh, lalu menunggu dosennya dan teman-teman yang lain ikut berkomentar juga sehingga pembelajaran tetap terjalin dan tidak ada misscomunication antara tenaga pengajar dan peserta didik.