Menyandang gelar mahasiswa merupakan tantangan yang sangat besar. Ada banyak ekspetasi-ekspetasi orang diluar sana yang harus dipenuhi dan tanggung jawab yang harus diemban. Pengertian mahasiswa sendiri tidak bisa diartikan kata perkata. Mahasiswa adalah agen perubahan, seorang individu yang dapat memberikan solusi permasalahan bagi masyarakat, bangsa dan negara.
Mahasiswa adalah kaum intelektual yang seharusnya mengerti banyak hal disegala bidang. Dan orang yang paling mengerti dengan kondisi masyarakat. Pemikiran-pemikiran kritisnya dibutuhkan oleh bangsa dan negara. Mahasiswa juga harusnya lebih berani menyampaikan fakta serta realita yang ada.
Kampus juga berperan penting sebagai wadah pencetak intelektual muda. Kampus sebagai tempat menuntut ilmu bukan sekadar memberikan pemahaman teori saja melainkan membangkitkan daya nalar bagi mahasiswanya.
Daya nalar yang tinggi akan membangkitkan gaira dan semangat dalam mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Mahasiswa diharapkan tidak hanya puas dengan penjelasan dosen, tetapi bisa mencari pengetahuan diberbagai sumber seperti buku, jurnal-jurnal, televisi dan internet. Dengan kemajuan dunia yang begitu pesat saat ini seharunya pengetahuan lebih mudah didapatkan.
Kedudukan mahasiswa sebagai seorang akademisi di perguruan tinggi akan selalu berhadapan dengan tugas yang bersifat akademik maupun non-akademik. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyeimbangkan antara tugas-tugas akademik tersebut dengan kehidupan sosialnya. Menurut Prayitno di antara salah satu faktor penentu kesuksesan mahasiswa di perguruan tinggi adalah sejauh mana mahasiswa tersebut mampu menyelesaikan tugas dengan baik tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.
Seorang mahasiswa memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar yang harus dilaluinya. Dan berkewajiban mengemban tugas-tugas akademik. Dalam mengemban tugas tersebut, mahasiswa harus bisa mengelola waktu dengan baik untuk menyelesaikan tugasnya dan mampu belajar lebih mandiri. Tidak semua mahasiswa memiliki kemampuan mengatur waktu secara tepat. Rukiana Novianti Putri mengatakan bahwa banyak mahasiswa mengeluh karena tidak dapat membagi waktu dengan kapan harus memulai dan mengerjakan sesuatu. Dosen biasanya memberikan jangka waktu tertentu bagi mahasiswa untuk menyelesaikan tugasnya. Tapi pada kenyataannya masih banyak mahasiswa timbul rasa malas dalam mengerjakannya dan enggan menyelesaikannya.
Adanya kecenderungan untuk tidak segera memulai mengerjakan tugas kuliah merupakan suatu indikasi dari perilaku menunda dan kelalaian dalam mengatur waktu dan merupakan faktor penting yang menyebabkan individu menunda dalam melakukan dan menyelesaikan tugas. Dalam kenyataannya, mahasiswa seringkali menghadapi tugas-tugasnya tersebut muncul malas untuk mengerjakannya. Rasa malas tersebut berasal dari kondisi psikologis yang dialaminya dan mendorongya untuk menghindari tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan. M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati S, mengemukakan bahwa penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan pekerjaan pada tugas yang dihadapi disebut dengan prokrastinasi.
Menurut Knaus dalam jurnal A. Said Hasan Basri prokrastinasi dapat juga diartikan sebagai penghindaran tugas, yang diakibatkan perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Istilah prokrastinasi dicetuskan pertama kali oleh Brown dan Holtzman. Prokrastinasi terjadi apabila penundaan tersebut kebiasaan yang dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas dan penundaan tersebut disebabkan adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas.
Prokrastinasi dapat didefinisikan sebagai suatu penundaan yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, dengan melakukan aktivitas lain yang tidak diperlukan dalam pengerjaan tugas. Dampak yang terjadi akibat prokrastinasi akademik sering kali tidak menjadi perhatian khusus bagi sebagian mahasiswa. Kondisi tersebut ditunjukkan dari beberapa hasil penelitian yang menunjukkan tingkat prokrastinasi akademik mahasiswa masih cenderung tinggi.
Burka & Yuen (2008) yang dikutip oleh Siti Muyana, memperkirakan prokrastinasi pada mahasiswa mencapai 75%, dengan 50% dari siswa melaporkan bahwa mereka melakukan prokrastinasi konsisten dan menganggapnya sebagai masalah. Dalam hal ini menunjukkan perilaku penundaan mengerjakan tugas akademik sebagai suatu perilaku secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan. Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik diprediksi sangat sedikit yang memanfaatkan tenggang waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas.
Berikut ini faktor yang mempengaruhi prokrastiasi akademik menurut Hanifah yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa tidak mengerti tugas yang diberikan dosen karena intruksinya kurang jelas.
2. Tidak menguasai materi perkuliahan
3. Rasa malas dan kurang motivasi
4. Tidak bisa mengatur waktu antara kuliah dengan kegiatan diluar kampus
5. Kurang minat terhadap mata kuliah tertentu
6. Mood yang buruk
7. Sulitnya mencari referensi
8. Waktu pengumpulan masih lama sehingga mahasiswa memilih bersantai
9. Kesibukan diluar kampus
10. Penumpukan tugas
Referensi:
Damri Engkizar dan Fuady Anwar. “Hubungan Self-Efficacy Dan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Tugas Perkuliahan” JURNAL EDUKASI Jurnal Bimbingan Konseling. Vol 3 No 1 (2017)
Prayitno. Keterampilan Belajar. (Jakarta: Tim Pengembangan 3 SCPD Proyek PGSM. Depdikbud. 2002)
Rukiana, Novianti Putri. “Pengaruh Kedisiplinan Salat Lima Waktu Terhadap Perilaku Prokrastinasi Akademik”. Jurnal Nalar Pendidikan. Volume 1. Nomor 1 (2013)
M.N Ghufron & Risnawati R. Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2012
A. Said Hasan Basri. “Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Ditinjau Dari Religiusitas”. HISBAH: Jurnal Bimbingan Konseling dan Dakwah Islam. Vol. 14. No. 2 (2017)
Siti Muyana. Prokrastinasi Akademik Dikalangan Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling. Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseking 8 (1). 2018
Hana Hanifah. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung”. Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 2. No. 1 (2015)