Menelusuri Jakarta

by -
(Sumber.ilhamfauzan.net)

Novindah Fitriani

Hari dimana aku bersama 4 temanku ingin berlibur, liburan ala kami tidaklah jauh hanya sekitaran kota Jakarta. Kebetulan pada saat itu kami baru saja selesai ujian. Rencana jalan-jalan ini di cetuskan pertama kali oleh temanku Lisa, dia orangnya baik, sedikit aneh, dan pakai kacamata.

Sore itu aku sibuk membereskan alat warung karena mamahku membuka toko dirumah. Setelah selesai membereskan alat warung, akupun istirahat sebentar untuk mengecek handphone. Baru saja dibuka notif penuh dengan grup yang isinya dengan rencana mereka yang ingin jalan-jalan itu.

Grup via Line
“ @novi enaknya kita kemana nih, opsi dong”
“nov, where are you”
“tidur kali”
“masa jam segini dah tidur”

Aku yang melihat isi grup dan mereka yang sudah mengetag namaku, segeralah aku membalas isi chat tersebut.

“Sorry baru buka hp gaes, mending kita ke museum aja yang lagi hitz ituloh”

“Museum apa?” balas Nunuk, nunuk ini orangnya humble kesemua orang, tapi panikan, dan dia gampang banget diajak kerjasama.

“Oalah, museum Galeri Nasional Indonesia (GNI) itu ya?” celetuk Anggun, Anggun ini orangnya ribetan, apalagi kalo dia lagi sibuk dan kita ganggu pasti dia marah banget, dan anggun ini gampang banget di kerjain orangnya.

“Nah iya ke GNI aja yuk” balasku

“Ikut alur” balas Astried, astried ini orangnya suka main game, kalo apa-apa suka ikut alur, dan dia selalu santuy di saat ada kejadian apapun itu.

Karena besok masih hari jumat, dan kami juga masih bolak balik ke sekolah karena masih ada yang remedial, jadi jalan-jalanpun ditunda dihari minggu.

Keesokan harinya aku berangkat kesekolah menggunakan sepeda motor jarak rumah ke sekolah sekitar 3km. Dengan suasana hiruk pikuk kota yang tak kunjung reda dan polusi udara yang sudah menjadi makanan kami sehari-hari.

Kota Tangerang, kota ini bukanlah sekedar kota banyak hal yang sudah terjadi di kota ini tempatku berinteraksi dengan orang dari berbagai daerah, saling menghargai itu utama, dan sebagai tempatku merengkuh canda tawa bersama teman-temanku.

Baca juga:  Mahkota Surga

Sesampainya disekolah aku disambut temanku yang sudah memulai pergibahan mereka, eits.. mereka gibahin jalan-jalan.

“Eh ini dia, panjang umur lo nov.. baru aja diomongin”

“Julid terus, ngomongin orang terus” balasku sambil menarik kursi paling belakang untuk ikut menimbrung dengan mereka.

“Jadi gini, kita perginya hari senin aja ya” kata Anggun.
“Hah? Iyakali hari senin mana rame museum” balasku

“Iya gue gabisa kalo sabtu minggu, karena ada kerjaan”

“Gue juga mau bantuin mamah gue bikin kue” balas Nunuk.
“So?? Senin nih?”

“Iya”

“Awas aja wacana”

“Engga, udah fix kok hari senin”

“Oke deh”

Rencana jalan-jalan pun ditunda hari senin
Malam senin handphoneku riweh dengan chatingan mereka yang bersiap-siap, kami berangkat menggunakan kereta. Makanan, alat-alat pribadi, uang saku, dan pastinya membawa diri telah di persiapkan.

Tiba saatnya hari senin, kami kumpul di stasiun kereta.

Di stasiun

“Guys, cepetan dong udah jam berapa ini” aku yang duduk dipojokan dengan celana jeans dan baju kemeja berwarna cream, sembari melihat jam yang terpasang di tanganku yang sudah menunjukkan pukul 08.00 wib dan melihat handphone untuk menanyakan ke-otw-an mereka menuju stasiun.

“Lagi dijalan, bentar lagi sampe” balas Lisa via grup line

Tidak lama kemudian Anggun bersama Nunuk datang
“Lo berdua lama banget si, gue kira gak jadi” celetukku sambil mengerutkan dahi.

“Hehe… biasa ada drama peminjaman motor dulu tadi, dan ujung-ujungnya kita naik grab” jelas Anggun.

“Gue aja dianterin tadi”

“Dor!!” Lisa mengagetkan dari belakang, untung aku tidak jantungan.

“Ayok, pesen tiketnya sana” kata Lisa yang penampilannya jauh lebih keren dari biasanya.

“Woy, ada yang kurang” kata Anggun sedikit tersentak.

Baca juga:  Indahnya Keajaiban

“Apa” kami menjawab serentak.

“Astried, Astried kemana? Dia jadi ikut kan?”

“Eh iya, si astried hampir aja kelupaan hehe” kata Lisa yang terlalu bersemangat.

“Telfon gih”

Akhirnya kami menelfon Astried, dan ternyata dia lupa kalau hari ini acara kami jalan-jalan, huft.. akhirnya kami menunggu astried hingga jam 10.
Sampai sudah kita dilokasi setelah berlama-lama menunggu kereta, transit sana sini, nyasar sana sini, dan belum drama yang tak kunjung reda.

“Waw.. ini keren sih, gak salah kita kesini” kata Nunuk sambil melihat seluruh isi ruangan yang ada di museum itu.

“Banyak spot foto nya” kataku memasang wajah kagum karena gambar tersebut indah sekali dan kreatif yang membuatnya.

“Inikan yang ada di instagram yang selebgram suka foto itu”
“Sini sini gue fotoin”

1..2..3..Ckrek

“Lagi dong gue nya jelek ih”
Karena kita disana sampai hampir jam 12 kami pun istirahat terlebih dahulu, mencari makan dan musholla. Tapi waktu itu musholla tidak ada di sana dan akhirnya kami memilih makan terlebih dahulu, setelah makan Anggun merekomendasikan tempat wisata lagi salah satunya planetarium karena jarak dari Galeri Nasional Indonesia itu tidak begitu jauh untuk ke planetarium. Dan sekalian mencari musholla akhirnya kami pun lanjut ke planetarium. Kami menaiki kopaja untuk sampai disana. Selama didalam kopaja kami berfoto-foto sembari melihat kepadatan kota Jakarta yang sudah banyak penduduknya. Dikit-dikit macet, dikit-dikit lampu merah, dikit-dikit sayang deh hehe.. perjalanan ditempuh selama 30 menit, dan akhirnya kamipun sampai di planetarium.

“ – Mohon maaf planetarium sedang masa perbaikan dari tanggal … – ”

“Woy, jadi ini tutup?” tanyaku

“Yah, padahal mau banget kesini” kata Anggun

“Yah sayang banget tutup” kata Lisa dengan siomay di tangannya

“Yaudah yuk, mending kita solat dulu sekalian ngadem panas banget ini Jekardah” Dengan muka kusut astried yang seperti nya tidak betah berlama-lama mengajak kami untuk cepat ke musholla.

Baca juga:  Tersesat di Jalan Yang Benar

Setelah selesai solat, ternyata jam masih menunjukkan pukul 14.00. Perjalanan kami tidak berhenti sampai di planetarium, kami melanjutkan ke museum gajah. Jaraknya tidak jauh dari tempat persinggahan kami.

“Ke museum gajah yok” kata Nunuk

“Ayook! Mumpung masih siang” balas Lisa dengan semangat.

“Yaallah adem banget ni musholla, jadi pengen tidur” kata Astried yang sedang rebahan juga

“Yaampun tuh anak, mentang-mentang mukenah samaan dikit-dikit foto” kata Nunuk sambil memandang ku dan Anggun. Aku dan Anggun pun sedikit tertawa.

“Ayo gengs, keburu sore kan kita mau menjelajahi museum selanjutnya” kata Lisa yang bersemangat.

Kami pun berangkat ke museum gajah menggunakan bis tingkat gratis. Museum gajah ini sebenarnya dinamakan museum nasional, disebut museum gajah karena dihadiahkan patung gajah berbahan perunggu oleh Raja dari Thailand.

Di dalam museum ini terdapat arca, prasasti, dan banyak mengoleksi benda-benda kuno lainnya. Untuk masuk ke museum ini hanya menunjukkan kartu pelajar dengan bayar sebesar Rp.2.000,- untuk dewasa Rp.5.000,-

Kami melihat banyak turis berdatangan disana yang sedang belajar membatik. Hari menunjukkan pukul 16.00 wib, rencananya kami ingin mampir ke monas, tetapi dengan waktu yang sedikit karena banyak transit dalam menaiki kereta akhirnya kamipun memustuskan untuk pulang.

Di kereta terlihat wajah-wajah lelah seharian keliling Jakarta.

“Seharian ini, the best lah buat kalian” kata Lisa dengan suasana kereta yang kian menyusut penumpangnya.

“Iya, baru kali ini gue muterin Jakarta mulai dari naik bajaj, kopaja, dan bis tingkat” sahutku

“Iya makasih ya, perjalanan ini akan jadi sejarah kalau kita sudah besar nanti hehe” kata Nunuk

“Thank you so much, untuk kalian.. Tentukan trip kita selanjutnya ya” sahut Anggun.

Sampailah kita di Tangerang dan kamipun pulang kerumah masing-masing.

Oleh : Novindah Fitriani